Akidah Islam Sebagai Rem Maraknya Fenomena Hedonisme

Istikamah Menjadi Guru
March 28, 2023
Unggah-Ungguh, Apa Pentingnya?
March 29, 2023

Para guru SD Mugres teguh menguatkan akidah para siswa. (dok. sdmugres)

LENTERA RAMADAN #7 – Tahun 1444 H oleh Anifah Syafaati, S.Pd. (guru SD Mugres)

***

LENTERA – Gaya hidup generasi muda masa kini menjadikan seseorang melakukan tradisi pamer di media sosial atau yang sering disebut flexing. Para influencer membawa dampak cukup besar. Di Gresik sendiri komunitas dari para influencer Instagram pun juga sudah sangat banyak.

Sering kali kita melihat postingan mereka yang mempromosikan kafe, salon, fashion, dan bahkan kehidupan sehari-hari mereka yang dibungkus dengan kemewahan.

Tidak dapat dimungkiri lagi, pelajar SD hingga SMA pun ikut masuk menjadi salah satu follower mereka. Para influencer itu tidak menjadi sasaran empuk untuk disalahkan dalam mempromosikan gaya hidup impian generasi muda, khususnya para pelajar. Hal demikian karena dalam hal ini tidak mencari mana yang salah dan mana yang benar.

Namun, yang terpenting adalah bagaimana cara peran orang dewasa memberikan “rem” dalam fenomena hedonisme (selanjutnya ditulis hedon, ed.) yang sering diperlihatkan agar tidak menjadi kiblat para pelajar dalam bersosialisasi. Dalam hal ini, peran orang dewasa tentunya didapatkan dari orang tua dan guru.

Tugas SD Muhammadiyah Kompleks Gresik (SD Mugres) sebagai rem para pelajarnya adalah menanamkan akidah islam yang mantap kepada para pelajar. Selain itu, juga menanamkan pendidikan moral.

Dalam topik ini, para pelajar perlu diyakinkan bahwa kehidupan di media sosial bukanlah kehidupan nyata. Mereka harus paham betul bahwa influencer yang bergaya hedon yang mereka lihat adalah salah satu pekerjaan mereka.

Influencer memakai barang-barang branded atau mengunjungi banyak tempat mewah adalah bagian dari pekerjaan mereka. Membungkus postingan sedemikian rupa hingga membuat para follower tertarik dan ingin mencontoh apa yang mereka punya atau yang mereka kunjungi adalah cara mereka bekerja.

Jangan sampai para generasi muda kita, dalam konteks ini, para pelajar SD Mugres menaruh rasa iri dan memiliki keharusan bergaya hidup yang serupa.

Selain itu, peran orang dewasa juga harus dapat meyakinkan generasi muda bahwa hanya dengan bekerja keras, impian kita dapat terwujud. Jangan sampai generasi muda mengambil jalan instan, faking the truth alias membohongi publik.

Sering kali generasi muda yang ingin memiliki standar gaya hidup memalsukan identitas mereka di media sosial. Hal ini jelas-jelas menggambarkan rasa tidak percaya diri yang harus dihilangkan dari generasi muda.

Dalam Islam, perilaku hedon termasuk dalam perilaku boros. Keinginan mengikuti standar gaya hidup tertentu merupakan sebuah pemborosan karena gaya hidup tersebut bukan lagi memilih antara kebutuhan dan keinginan.

Allah Swt. telah menyebutkan dalam salah satu ayatnya bahwa perilaku hedon tidaklah gambaran umat muslim yang taat. Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 27.

اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا

 “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Kehidupan hedon ala influencer media sosial memanglah menjadi impian beberapa generasi muda, namun bukan gaya hidupnya-lah yang harus kita tekankan. Generasi muda harus bisa memotivasi diri sendiri agar bekerja keras dan mendapatkan kebutuhan yang memang harus dipenuhi.

Dengan demikian, generasi muda tidak memusatkan perhatian mereka ke gaya hidup influencer, tetapi fokus pada kerja keras yang dilakukan influencer dalam bekerja di platform sosial medianya.

Berikut kutipan dari lirik lagu Team yang dipopulerkan oleh Lorde, seorang penyanyi dan penulis lagu asal Selandia Baru. Lagu ini dapat dijadikan penyemangat di akhir pembahasan ini: We live in cities you’ll never see on screen. Not very pretty, but we sure know how to run things.

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *