Baik Menurutmu, Belum Tentu Baik Menurut Allah

Unggah-Ungguh, Apa Pentingnya?
March 29, 2023
Hikmah di Balik Ujian dari Allah
March 31, 2023

Seringkali anak-anak jauh lebih pandai bersyukur atas hal kecil apapun yang mereka dapatkan. Foto: Family gathering Perguruan Muhammadiyah Gresik (dok. sdmugres)

LENTERA RAMADAN #9 – Tahun 1444 H oleh Anisatur Rohmawati, S.Pd. (guru SD Mugres)

***

LENTERA – Terkadang dalam hidup kita mendapatkan apa yang kita inginkan, namun seringkali kita juga mendapatkan sesuatu yang sebenarnya tidak kita inginkan.

Misalnya, ketika kita mengalami situasi yang menyedihkan seperti menghadapi musibah yang menyebabkan kerugian finansial besar atau tiba-tiba kehilangan benda yang sangat berarti bagi kita.

Bermacam-macam keluhan pasti terucap dari perkataan dan pikiran kita. Kita mungkin merasa kesal, marah, ragu, kecewa, atau sedih dengan ketetapan Allah Swt. Padahal Allah Swt. memberikan kebaikan dan melihat hal itu baik bagi kita.

Walaupun sulit untuk diterima, kita harus belajar untuk menerima keadaan dengan baik. Kita seharusnya tetap berbaik sangka kepada-Nya karena tak seorang pun tahu rencana dan hikmah dari apa yang diberikan oleh Allah Swt. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita seharusnya memiliki sifat husnuzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah Swt.

Husnuzan berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu “husnu” memiliki arti baik, sementara “az-zan” berarti prasangka. Sehingga dari kedua kata tersebut, husnuzan dapat diartikan dengan berprasangka baik. Sedangkan menurut istilah, husnuzan diartikan sebagai cara pandang seseorang untuk melihat sesuatu dari sisi positif.

Memiliki sikap husnuzan akan membawa kita ke arah kehidupan yang lebih indah, tenang, dan bermakna. Sebaliknya, bila kita selalu bersikap suuzan atau berpikir buruk, kita akan melihat segala sesuatu dengan negatif dan hidup kita akan terus-terusan dilanda ketidaknyamanan.

Beberapa orang ketika melihat teman mereka mendapat nikmat yang lebih dari dirinya, seperti lebih berkecukupan, lebih tampan, lebih terkenal, lebih cerdas, maka ia akan mengucap, “Andai aku seperti dia, betapa beruntungnya aku”.

Mereka menganggap memperoleh nikmat yang lebih dari Allah Swt. sebagai puncak kebahagiaan. Mereka tidak menyadari bahwa dalam keadaan kekurangan dan berada di bawah, terkadang dapat membawa kita pada jalan yang lebih baik untuk meraih keridaan Allah, yaitu dengan bersabar dan menerima takdir-Nya.

Mari kita tanamkan perilaku husnuzan terhadap segala ketetapan Allah yang telah dituliskan bagi kita dalam kehidupan di dunia ini. Hindari merasa marah dan menghujat atas apapun yang terjadi, karena kita tidak mengetahui sepenuhnya hikmah di balik setiap ketentuan yang berlaku dalam hidup kita.

Sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat 216

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Dari saat ini, mari kita berhusnuzan terhadap Allah, pada diri kita sendiri, orang-orang di sekitar kita, dan lingkungan kita. Karena jika kita tidak berhusnuzan, kita harus mengingat banyak kebaikan kecil yang telah diberikan kepada kita, dan hal-hal kecil yang sering kita anggap remeh yang seharusnya kita syukuri.□

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *