LENTERA RAMADAN #17 – Tahun 1444 H oleh Fitri Indawati, S.Pd. (guru SD Mugres)
***
LENTERA – “Aku mencintaimu selamanya.” Pernahkah kamu mendengar kalimat seperti itu? Atau kamu sendiri yang pernah mengucapkannya terhadap orang lain.
Kata “selamanya” dalam kalimat tersebut termasuk kata keterangan waktu yang berarti kita akan mencintai seseorang sampai kapanpun, bagaimanapun kondisi dan situasinya.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana jika orang tersebut menyakitimu, apakah kamu masih akan mencintainya? Atau jika keberadaannya mengancam keselamatanmu, apakah kamu masih akan bertahan mencintainya?
Selama ini mungkin kita mencintai seseorang karena berbagai alasan, tetapi jika kita mencintai karena sebuah alasan, maka rasa cinta tersebut akan hilang seiring dengan hilangnya alasan tersebut.
Jika kamu mencintai seseorang karena ketampanan dan kecantikannya, maka saat kecantikan dan ketampanannya hilang, cintamu juga akan memudar, atau akan berpindah kepada orang lain memiliki kecantikan dan ketampanan melebihi orang yang kamu cintai saat ini.
Jika kamu mencintai seseorang karena kekayaan dan kepintarannya, maka jika terjadi musibah yang merenggut kekayaan dan kepintarannya, rasa cinta tersebut juga akan pudar.
Dikutip dari buku karya @quranreview yang berjudul You Are Loved, yang juga merujuk dalam kitab yang bertajuk Al Mufradat fi Gharibil Qur’an menyatakan bahwa rahmah artinya kelembutan yang dapat diartikan kebaikan dari orang yang dikasihi.
Seperti rasa cinta ibu yang akan terus tumbuh kepada anaknya, meskipun telah ribuan kali sang anak menyakitinya. Kasih ibu akan terus memaafkan dan mulutnya akan terus mendoakan kebaikan.
Rahmah adalah rasa sayang yang tetap ada apapun yang terjadi. Di antara kisah cinta yang tulus terjadi di bumi ini, kasih sayang Allah-lah yang paling dahsyat.
Bayangkan, Allah Swt. tetap memberi karunia-Nya pada hamba yang ingkar kepada-Nya. Allah Swt. selalu memberi ampunan pada hamba-Nya yang terus-menerus berbuat dosa hanya dengan bertobat kepada-Nya.
Oleh karena itu, menggapai rahmah Allah Swt. seharusnya menjadi prioritas utama sebagai muslim. Hal ini tentu tidaklah mudah karena Allah Swt. pasti menguji kita dengan banyak hal. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 155 yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kita manusia tidak bisa menghindar dari ujian. Namun, Al-Qur’an juga memberi tahu bagaimana cara menghadapi ujian tersebut, yaitu dengan menguatkan cinta kepada Allah Swt.
Pada ayat 155 di atas telah dijelaskan bahwa satu-satunya kunci untuk meraih adalah kesabaran. Saat kita benar-benar sabar, Allah Swt. akan memberikan rahmah-Nya termasuk rahmah yang paling utama, yaitu didekatkan kepada-Nya.
Benar, sabar adalah koentji. Sabar adalah kata yang sederhana, namun sering terlupakan. Dalam meraih rahmah Allah tentu tidak mudah, dibutuhkan proses yang panjang. Rahmah adalah buah manis yang tumbuh dalam jiwa yang penuh kesabaran.
Oleh karena itu, pada momentum Ramadan yang indah ini, mari bersama-sama berlomba dalam menggapai rahmah Allah agar timbullah rasa cinta dalam hati kita kepada manusia di sekeliling kita dan kepada Allah dan rasul-Nya.□