Salam Membawa Kita ke Surga
April 19, 2023
Temukan Trik Lomba Alat Peraga, SD Mugres Adakan Sosialisasi LCAP
April 20, 2023

Kepedulian seseorang dengan memberi sedekah adalah hal yang dianjurkan dalam Islam. Foto: Kelas dengan jumlah infak filantropis Lazismu terbanyak bulan Maret 2023. (dok. sdmugres)

LENTERA RAMADAN #27 – Tahun 1444 H oleh Yusuf Wibisono, M.Pd. (guru SD Mugres)

***

LENTERA – Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata peduli artinya mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Kata sedekah berarti pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitri sesuai dengan kemampuan pemberi. Sedangkan, kata ikhlas berarti bersih hati; tulus hati.

Mereka berpesta mengenyangkan perutnya masing-masing, mereka tidak peduli orang lain yang lapar. Dengan memedulikan orang lain berarti kita mencampuri, memperhatikan, menghiraukan orang lain. Menghiraukan orang lain sedang kelaparan adalah bentuk kepedulian terhadap sesama.  Demikian ilustrasi memahami kata peduli.

Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2 menerangkan:

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”

Budaya gotong-royong dan turut serta mengulurkan bantuan dalam Islam diterapkan di banyak kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia gemar melakukan tolong-menolong. Jika tetangga melaksanakan hajatan, tetangga dekat tidak tinggal diam mereka membantu sebisanya tanpa diminta untuk membantu, bahkan tetangga jauh, atau teman dekat yang berjauhan rumahnya.

Membersihkan kampung secara bersama-sama, melancarkan pengairan sawah bersama-sama, menjenguk saudara atau tetangga yang sakit, memberikan makanan kepada tetangga. Semua itu adalah bentuk peduli sesama.

Sedekah sebagai pemberian sesuatu di luar kewajiban zakat kepada  yang berhak menerima,  adalah bentuk pengejawantahan dari peduli. Kepedulian seseorang dengan memberi sedekah adalah hal yang dianjurkan dalam Islam.

Sedekah dalam agama Islam dimaksudkan sebagai penerapan nilai-nilai murni dalam hidup setiap insan. Islam mengajari kita untuk berbuat baik dengan semua orang, terutama saudara sesama Islam. Tidak sempurna iman seorang muslim itu jika dia tidak menyayangi saudaranya seperti dia menyayangi dirinya sendiri.

Sedekah dalam Islam sangat luas dan bukan dalam bentuk rupiah saja. Sedekah meliputi berbagai pemberian atau amal kebaikan jasmani dan rohani.

Secara jasmani misalnya senyuman, mengangkatkan barang yang dibawa orang tua, memberi barang. Secara rohani misalnya mendoakan  atau bentuk bentuk lain yang dilakukan dalam upaya memberi kepada orang lain selain kewajiban zakat. Lebih-lebih lagi pemberian tersebut diberikan kepada yang membutuhkan, misalnya saat tertimpa musibah.

Berikut firman Allah Swt. yang berkaitan dengan rasa peduli dan sedekah.

قُلْ لِّعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خِلٰلٌ

Katakanlah (Muhammad) kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman, “Hendaklah mereka melaksanakan salat, menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan secara sembunyi atau terang-terangan sebelum datang hari, ketika tidak ada lagi jual beli dan persahabatan.” (Q.S. Ibrahim: 31)

وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ

Dan orang-orang yang memberikan sebagian hartanya sementara hati mereka takut maka sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya. Orang inilah yang bersegera kepada kebaikan dan merekalah yang mendapatkannya lebih dulu.”(Q.S. Al-Mu’minun: 60-61)

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Q.S. Ali Imran: 92)

Menginfakkan sebagai rezeki kita adalah perintah Allah. Sebagai kebaikan yang kembali kepada diri kita sendiri dan kebaikan yang sempurna adalah menafkahkan sebagian harta yang kita cintai.

Dari Jabir bin Abdullah radliallahu ‘anhuma dari Nabi Muhammad saw. bersabda, “Setiap perbuatan baik adalah sedekah.” (HR. Ibn Hibban)

Dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi saw. bersabda, “Kamu membuang sesuatu yang bahaya dari tempat lau lalang adalah sedekah.” (HR. Bukhari)

Dari hadis di atas, sedekah di antaranya ialah berbuat kebaikan. Setiap amal baik yang dilakukan manusia bisa dinamakan sedekah. Selain itu, disebutkan jika membuang sesuatu yang berbahaya di atas jalan akan dinilai sebagai sedekah.

Di dalam kehidupan Islami yang diterapkan keluarga SD Mugres, peduli dan bersedekah kerap kali dilaksanakan. Setiap Jumat siswa memberi infak. Setiap hari mereka memasukkan uang di dalam kaleng filantropis.

Orang tua/wali murid berkesempatan mengikuti Jumat Berkah  dengan menginfakkan makanan untuk fakir miskin dan warga sekolah yang kurang beruntung.

Berbagai hal lain yang telah dan terus dilakukan sebagai upaya penerapan nilai-nilai Islam sebagai program sekolah telah dicanangkan. Misalnya, pemberian takjil ketika bulan Ramadan, Safari Ramadan di musala sekitar, menjenguk siswa yang dirawat di rumah sakit, bertakziah orang tua siswa yang meninggal, dan sebagainya.

Peduli dan sedekah merupakan upaya menumbuhkan dan meningkatkan syukur kepada Allah Swt. Maka, energi ketulusan dalam bantuan itu akan menebar kepada orang-orang yang dibantu.

Kita bersyukur karena Allah Swt. memberikan kesempatan kepadanya untuk memberikan bantuan kepada orang lain. Bukan justru meminta kepada orang lain untuk bersyukur dan berterima kasih kepada kita.

Yang lebih penting adalah memberikan sesuatu kepada orang lain bukan berarti kita menjadi rugi. Jika manusia mengukurnya dengan materi dan hitungan matematis, kata dia, mungkin saja manusia akan memberi pada orang lain, lalu berkata apa yang dimiliki akan berkurang.

Padahal, sejatinya sikap memberi itu sama sekali tidak merugi. Asalkan nilai pemberian itu dilandasi dengan ketulusan, keikhlasan, dan juga keimanan. Membantu dalam kebaikan seberapa pun besar dan kecil nilainya akan terasa ringan apabila dilakukan dengan tulus dan ikhlas.

Dengan menyadari bahwa apa yang kita miliki hanyalah titipan Allah semata, budaya saling berbagi dan peduli dalam Islam pun begitu kuat.

Bahkan dalam hadis, Rasulullah saw. berkata bahwa barang siapa yang melapangkan suatu kesusahan dunia dari seorang muslim, maka Allah Swt. akan melapangkan satu kesusahan dirinya di hari kiamat.□

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *