LENTERA RAMADAN #24 – Tahun 1444 H oleh Sukawati, S.Ag. (guru tahfiz SD Mugres)
***
LENTERA – Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 186 berikut.
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”
Ayat ini berdampingan dengan diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang beriman sebagaimana tertulis pada ayat 183. Ini adalah isyarat dari Allah Swt. Bahwa apabila kita mempunyai hajat, maka berdoalah dalam kondisi berpuasa.
Allah Swt. sangat dekat dengan orang yang berpuasa. Masalah dekat ini bukanlah suatu jarak, namun lebih mendekati rasa. Suatu rasa bagaimana kita merasakan lapar sehingga menumbuhkan kepedulian sosial kita terhadap orang-orang di sekitar kita yang lebih membutuhkan.
Dengan berpuasa, umat manusia belajar tentang kepekaan sosial. Ketika seseorang berpuasa, orang merasakan lapar dan haus sehingga menyadari kesulitan orang lain mendapatkan sesuatu untuk dimakan.
Dengan menjadi insan yang mampu berempati merasakan derita sesamanya akan melahirkan sikap ta’awun. Sikap ini adalah semangat saling menolong dan bekerja sama dengan orang lain secara tulus dan baik.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim berikut.
عَنْ ابِى هُريْرَةَ ، قَألَ : قَالَ رَسُولُ الله ( صلى الله عليه وسلم ) : ” إِن الله – عَزَّ وَجَلَّ – يَقُولُ يَوْمَ القِيَامَة : يَا بْنَ ادمَ ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِى. قَألَ : يَارَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَب العالَمِينَ ؟ قَالَ : َ امَا عَلمْتَ أَنَّ عَبْدى فُلألا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ ، امَا عَلمْتَ انَكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِى عنْدَهُ ؟ يَا بْنَ آَدَمَ ، اسْتَطَعًمْتُكَ فَلَمْ تُطعمْنِى. قَألَ : يَارَب ، وَكَيْفَ أُطعمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ العَالمنَ ؟ قَألَ : أمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطعَمَكً عَبْدى فُلاَنو فَلَمْ تُطعِمْهُ ، أَمَاَ عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطعَمتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلكَ عنْدى ؟ يَا بْنَ اَدمَ ، اسْتًسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِى . قَالَ : يَارَبِّ ، كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ العالَمَيَنَ ؟ قَالَ :اسْتَسْقَاكَ عبْدِى فُلاَنو فَلَمْ تَسْقِ! أَمَاْ إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى لما.
Dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman di hari kiamat: “Hai anak Adam, Aku telah sakit, tapi kau tidak menjenguk-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caraku menjenguk-Mu, sedangkan Kau Tuhan yang Mahakuasa?
Allah menjawab: Apakah kau tidak mengetahui bahwa seorang hamba-Ku bernama Fulan sakit, tapi kau tidak mau menjenguknya. Sekiranya kau menjenguknya, pasti kau dapati Aku di sisinya.
Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tapi kau tidak mau memberikan makan kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caraku memberi makan kepada-Mu, sedang Kau Tuhan yang Mahakuasa?
Allah berfirman: Apakah kau tidak tahu adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tapi kau tidak memberinya makan. Sekiranya kau memberinya makan, pasti kau akan menemukan balasannya di sisi-Ku.
Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tapi kau tidak mau memberi-Ku minum. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caraku memberi-Mu minum, padahal Kau Tuhan yang Mahakuasa?
Allah berfirman: Apakah kau tidak tahu bahwa hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu tapi kau tidak mau memberinya minum. Sekiranya kau memberinya minum, pasti kau akan menemui balasannya di sisi-Ku”
(Imam Abu al-Hasan Muslim bin al-Hajjaj al- Naisaburi, Shahih Muslim, Riyadl: Dar al- Salam li al-Nasyr wa al-Tauzi’, 2000, h. 1126)
Maka dari itu, salah satu cara paling mudah mencari Tuhan adalah dengan mencari orang-orang yang kesusahan dan membantunya. Allah Swt. sendiri mengatakan bahwa Dia sangat dekat dengan mereka. Jika tidak, sudah barang tentu mereka akan terjatuh dan roboh.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketika seorang hamba Allah berpuasa dan pada saat itu dia berempati kepada hamba Allah yang lain, yang kondisinya membutuhkan dengan cara memberikan bantuan, maka terjalin kedekatan antara hamba yang berpuasa dengan Allah.
Inilah rahasia yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 186 kalimat ‘sesungguhnya Aku amatlah dekat’ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ Maka sesungguhnya aku dekat dengan hambaku yang memohon kepadaKu dalam kondisi berpuasa dan menolong sesama.□