PWMU.CO – SD Muhammadiyah Kompleks Gresik (SD Mugres) Jawa Timur mengajak siswa kelas IV untuk mengunjungi salah satu tempat ikonis yang ada di Kabupaten Gresik, yakni Kampung Kemasan, Jumat pagi (10/3/2023).
Kampung Kemasan merupakan perkampungan lama yang terdapat beberapa bangunan rumah kuno dengan gaya arsitektur Eropa dan Cina. Kampung ini mulai didirikan rumah pada tahun 1855. Perkampunganyang terletak di daerah Kemasan Jalan Nyai Ageng Arem-arem, Pekelingan ini berjarak sekitar 700 meter dari Alun-alun Gresik.
Dengan berjalan kaki dan membawa alat tulis, sebanyak 155 siswa menuju kampung Kemasan didampingi oleh tujuh guru. Mereka sangat antusias dengan perjalanan kali ini karena dapat belajar di luar kelas untuk mengenal salah satu sejarah yang ada di Gresik.
Kepada PWMU.CO, Koordinator Kelas IV Ely Safanah SSi menuturkan bahwa anak-anak berkesempatan untuk menjelajahi lebih dalam terkait sejarah Kampung Kemasan. Mereka menggali informasi dengan cara mewawancarai orang tertua (sesepuh) yang tinggal di Kemasan, yakni Oemar Jaenoedin atau biasa disapa Pak Nood. Pria berusia 83 tahun ini merupakan keturunan keempat pemilik rumah terbesar di Kampun Kemasan ini.
“Anak-anak melakukan wawancara secara langsung mengenai sejarah bangunan tersebut terkait kapan berdirinya, siapa yang membangun, serta asal-usul kampung Kemasan,” tutur Ely.
Ely berharap melalui kegiatan ini siswa SD Mugres lebih mengenal kearifan lokal dan sejarah, baik tokoh maupun bangunan yang ada di Kabupaten Gresik. Dengan demikian, lanjut Ely, suatu saat nanti mereka mau melestarikan dan menjaga kearifan tersebut.
Kampung Lawas Penuh Sejarah
Di salah satu teras rumah Kemasan, Pak Nood memulai ceritanya dikelilingi para siswa yang duduk lesehan, “Kampung Kemasan ini awal mulanya dibangun pada masa Belanda oleh orang Cina sehingga bangunan arsitekturnya merupakan percampuran corak Eropa dan Cina.”
Nama ‘kemasan’ konon bermula pada keberadaan seorang perajin emas yang bernama Bak Liong. Karena kualitas hasil kerajinannya bagus, banyak orang memesan perhiasan kepadanya. Lama kelamaan kampung tempat perajin emas itu tinggal disebut Kampung Kemasan.
Pada tahun 1855, seorang pedagang kulit yang bernama H. Oemar bin Ahmad mendirikan sebuah rumah di kawasan ini. Pak Nood merupakan cucu dari salah satu anak H. Oemar bin Ahmad yang bernama H. Djaenudin. Saat ini Kampung Kemasan berstatus cagar budaya. Pak Nood ditunjuk untuk menjaga kawasan dan arsip Kampung Kemasan.
Kini kampung Kemasan telah banyak dikunjungi oleh wisatawan dari luar Gresik hingga mancanegara. Kemegahan bangunan dan sejarahnya menjadi potret kejayaan Gresik di masa lalu, jauh sebelum dikenal sebagai kota industri dan destinasi ziarah wali.
Mendengar cerita dari Pak Nood, para siswa menuliskannya poin-poin penting dalam lembar pengamatan yang dibawa. Mereka juga berkesempatan untuk bertanya dan mengamati apa saja yang ada di Kampung Kemasan. (*)
Liputan Syifaul Fuadiyah Sukmasari
Editor Mohammad Nurfatoni